Advertisement
Close × Iklan Header
spot_img

Teatrikal Sebagai Salah Satu Alat Aksi IWO Indonesia 

spot_img

KOTA BEKASI | TERASPASUNDAN.COM | Dalam khasanah Aksi atau Demonstrasi dari masa ke masa (era 90-an?) kata “teatrikal” mulai dikenal di kalangan demonstran, disamping orator dan lain-lain.

Teatrikal sesungguhnya sebagai pertunjukan kecil yang mengacu pada unsur-unsur seni teater yang sejatinya adalah “Performance Art” berasal dari dunia senirupa dimana sebagai upaya perluasan ide dari seni lukis dan seni patung bergeser ke seni gerak, nyaris menyerupai seni peran (teater).

- Advertisement -
-Advertisement-
Google search engine

Well, apapun jadinya, para demonstran lacur menyebutnya ‘teatrikal’ sebagai ekspresi sebuah gagasan dari konsep aksi / demonstrasi yang tengah diusung.

Tak terkecuali penampilan seorang demonstran (satu personil perwakilan Ikatan Wartawan Online Indonesia DPD Karawang) siang tadi, senin (26/09/2022) di depan gedung Wali Kota Bekasi, membawakan sebuah ide dari penggambaran isu yang sedang memanas.

Yap! Junot, si wartawan semampai dati Karawang itu yang dianiaya ditinju diganyang diintimidasi dan minumi alkohol tetahir dipaksa minum air kencing! Itu semua dilakukan oleh pejabat penting Pemkab Karawang and the gank (seminggu lalu).

- Advertisement -

Anjrit! Sungguh di luar nalar dan jauh dari norma kemanusiaan dan betapa tak beradab!

Si performer (pelaku teatrikal) menggambarkan bagaimana keji dan durjananya si pejabat bejat itu, melakukan layaknya binatang pada sorang wartawan dan satu wartawan lain (Zaenal – korban ke 2). Hingga mengakibatkan kerugian moril, jelas jika luka dan memar.

Ini realitas yang tengah dibangun di panggung kecil di sela demonstrasi itu, bahwa hari ini dunia pers betapa sedang digagahi, dirogoh, dihinakan oleh kekuasaan.

Getir. Memang getir. Namun insan pers yang masih memiliki nurani bangkit melawan. Mengacungkan kepal tanda menggugat. Berdiam diri dalam penindasan sama saja turut menindas.

Baca Juga  SMSI Menata Masa Depan, Memperkenalkan Generasi Milenial pada Metaverse

Apalagi yang disuarakan sang Pena jika bukan Kebenaran. Dan bahwasannya pers adalah benteng terakhir dari sebuah kedaulatan, kebenaran dan suara parau dari sebuah peradaban – yang mulai buram.

Kepada hati nurani keadilan, semua berpulang dan pers semesta tengah memperjuangkannya. (JunBiull)

Catatan Redaksi: Artikel ini ditayangkan secara otomatis berdasarkan sumber yang dapat dipercaya. Validitas dan isi sepenuhnya tanggung jawab redaksi teraspasundan.com dan dapat mengalami pembaruan sesuai perkembangan informasi terbaru maupun klarifikasi dari pihak terkait.

ARTIKEL LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TOP NEWS

Follow US

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Trending

Popup Gambar