JAKARTA | TERASPASUNDAN.COM | Maraknya pelaksanaan job fair atau bursa kerja yang digelar Pemerintah di berbagai daerah, mendapat sorotan tajam dari Ketua Umum Asosiasi Praktisi Human Resource Indonesia (ASPHRI) yang juga Pakar ketenagakerjaan dan kebijakan publik, Dr. Yosminaldi, SH., MM. Menurutnya, di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kondisi dunia industri yang sedang lesu, job fair bukanlah solusi jangka panjang yang efektif dalam mengatasi tingginya angka pengangguran.
“Job fair hanya menyentuh permukaan persoalan. Yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar mempertemukan pencari kerja dan perusahaan, tapi mendorong masuknya investasi besar2an yang menciptakan lapangan kerja nyata dan berkelanjutan,” tegas Urang awak tersebut kepada wartawan, Selasa (3/6/2025).
Ia menilai, langkah Pemerintah daerah menggelar job fair secara masif memang terkesan responsif, namun kurang menyentuh akar permasalahan. Pasalnya, banyak perusahaan peserta job fair justru tengah melakukan efisiensi dan pembekuan rekrutmen akibat tekanan ekonomi global dan ketidakpastian pasar.
“Coba lihat realitanya. Banyak industri padat karya yang gulung tikar atau mengurangi tenaga kerja. Sementara yang tersisa pun belum tentu mampu menyerap lulusan baru maupun korban PHK,” jelas Mantan Praktisi HRD selama 30 tahun itu.
*Investasi Adalah Kunci Utama*
Yosminaldi mendorong agar pemerintah, baik pusat maupun daerah, lebih fokus menarik investasi, terutama di sektor-sektor produktif seperti manufaktur berbasis teknologi, pertanian modern, hingga energi terbarukan. Ia menilai, kebijakan insentif investasi, keringan perpajakan, kemudahan perizinan, serta stabilitas hukum dan politik harus diperkuat untuk menciptakan iklim usaha yang sehat.
“Investasi yang sehat akan melahirkan industri yang sehat. Industri yang sehat akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Inilah siklus ekonomi yang seharusnya dibangun,” ujar Dosen MSDM & Hubungan Industrial di sejumlah PTS tsb.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektoral dalam menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang adaptif terhadap perkembangan zaman, termasuk transformasi digital dan revolusi industri 5.0. “Kita tidak bisa lagi mengandalkan pola-pola lama. Ketenagakerjaan harus disiapkan dengan visi ke depan yang terencana, memiliki peta jalan yang jelas, bukan solusi instan seperti job fair,” tegasnya.
*Perlu Evaluasi dan Kebijakan Menyeluruh*
Yosminaldi yang juga aktif menjadi Narasumber dan Trainer MSDM & Leadership tersebut mengingatkan, bahwa angka pengangguran terbuka masih tinggi, sementara daya serap tenaga kerja di sektor formal belum pulih sepenuhnya pasca-pandemi. Karena itu, ia meminta Pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas program job fair dan menggantinya dengan strategi jangka panjang berbasis data dan kebutuhan riil industri serta mengoptimalkan digitalisasi.
“Jika tidak diubah, kita hanya akan menciptakan harapan palsu di tengah masyarakat. Orang datang ke job fair bawa CV, pulang hanya dengan selebaran. Ini bukan sekadar masalah teknis, tapi menyangkut kredibilitas negara dalam menyelesaikan persoalan besar,” pungkasnya. (Red)