SUBANG | TERASPASUNDAN.COM – Perayaan Ruat Laut atau Nadran Nelayan Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, mencapai puncaknya pada Minggu (9/11/2025). Acara bertajuk “Syukuran Nelayan Blanakan ke-58” ini telah berlangsung sejak 21 Oktober 2025 dan dipusatkan di area Tempat Pelelangan Ikan (TPI) KUD Mandiri Mina Fajar Sidik, Blanakan.
Sejak pukul 07.00 WIB, ribuan warga dan nelayan memadati lokasi acara. Deretan perahu nelayan tampak semarak dengan hiasan warna-warni serta ornamen unik dari aneka makanan dan minuman, menjadi ciri khas tradisi tahunan yang terus lestari.
Prosesi diawali dengan penyambutan replika kapal nelayan atau dondang, yang kemudian dilarung ke laut lepas sebagai simbol doa dan harapan bagi keselamatan serta kesejahteraan para nelayan.
“Replika kapal menjadi simbol perjuangan dalam upaya pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat,” ujar Dasam MB, Ketua KUD Mandiri Mina Fajar Sidik Blanakan, dalam sambutannya.
Dasam menambahkan, perayaan Ruat Laut tahun ini bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November. Ia menilai, hal tersebut menjadi pengingat akan semangat perjuangan rakyat dalam mewujudkan kemandirian ekonomi.
“Ini melambangkan semangat untuk mewujudkan kemandirian dan memberdayakan ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Dari sisi keselamatan pelaksanaan acara, Didin T., perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Subang, memastikan kegiatan berjalan aman dan tertib.
“Kami bersama TNI AL dan Polairud melakukan pemantauan sejak dini. Cuaca cukup bersahabat, gelombang juga aman, sehingga prosesi pelarungan bisa berjalan lancar,” ujarnya.
Sementara itu, Amad sebagai pelukis perahu dongdang pada acara ruat laut blanakan ke-58 yang turut menghias dondang, menuturkan makna di balik warna dan corak yang digunakan.
“Setiap warna punya doa. Melukis perahu bagi saya bukan cuma seni, tapi doa agar nelayan selalu selamat dan rezekinya lancar,” ucapnya.
Dari pihak Angkatan Laut, Nuryanto yang ikut mengawal prosesi pelarungan menilai tradisi Ruat Laut mencerminkan kuatnya sinergi masyarakat pesisir dengan laut sebagai bagian dari kehidupan.
“Laut bukan hanya sumber rezeki, tapi juga identitas bangsa maritim. Tradisi seperti ini perlu dijaga karena mengajarkan nilai disiplin, kebersamaan, dan rasa hormat terhadap alam,” katanya.
Sebagai puncak acara, masyarakat beramai-ramai menyaksikan prosesi pelarungan dondang ke laut lepas. Prosesi sakral ini menjadi lambang syukur dan doa keselamatan bagi seluruh nelayan yang menggantungkan hidupnya di lautan.
Tradisi yang telah berusia lebih dari setengah abad ini bukan hanya ajang ritual tahunan, tetapi juga wujud nyata keterikatan masyarakat Blanakan dengan laut, sumber utama kehidupan mereka.
Dengan semangat kebersamaan dan syukur, masyarakat Blanakan bertekad menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.


