Cegah Penumpukan Pasien, RSUD Karawang Tegaskan Sistem Rujukan Harus Tertib

KARAWANG | TERASPASUNDAN.COM | Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang mengalami tekanan tinggi dalam beberapa bulan terakhir akibat lonjakan jumlah pasien yang melampaui kapasitas layanan. Dengan hanya 30 tempat tidur tersedia, IGD RSUD Karawang setiap hari harus menampung lebih dari 45 pasien, menyebabkan kondisi layanan darurat berada dalam situasi kritis.

Kondisi ini dikonfirmasi langsung oleh Humas RSUD Karawang, Abdullah Lutfi. Ia mengungkapkan bahwa keterbatasan fasilitas membuat pihak rumah sakit terpaksa mengambil langkah darurat.

“Jumlah pasien yang datang jauh di atas kapasitas harian kami. Bahkan, kami sampai harus meminjam brankar dari ambulans yang datang hanya demi memastikan pasien tetap tertangani,” ujar Lutfi dalam keterangan resminya, Kamis (20/6/2025).

Data internal rumah sakit menunjukkan bahwa sekitar 99 persen pasien yang datang ke IGD menggunakan layanan BPJS Kesehatan. Bagi warga Karawang yang belum memiliki BPJS, namun telah berdomisili lebih dari satu tahun dan memiliki KTP Karawang, akan langsung difasilitasi pengajuan keikutsertaannya melalui program Universal Health Coverage (UHC) yang dikelola pemerintah daerah.

Sebagian besar pasien datang dengan keluhan utama berupa demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari. Kondisi pasien bervariasi, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, menandakan bahwa beban layanan menyasar seluruh lapisan usia.

“Pasien banyak yang datang sudah dalam kondisi cukup berat, dan sering kali menunda berobat hingga hari ketiga atau keempat sejak gejala muncul. Ini yang membuat penanganan semakin kompleks,” tambahnya.

RSUD Karawang juga menyoroti persoalan rujukan yang dinilai tidak tertib dari beberapa rumah sakit lain di wilayah sekitar. Untuk itu, pihak RSUD mengingatkan agar seluruh fasilitas kesehatan mengacu pada sistem rujukan resmi melalui aplikasi SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu).

“Kami meminta rumah sakit lain tidak merujuk pasien secara sembarangan. SPGDT penting untuk mengetahui ketersediaan bed sebelum pasien dirujuk, agar tidak menumpuk dan justru membahayakan pasien itu sendiri,” tegas Lutfi.

Selain itu, RSUD juga mengimbau masyarakat untuk memahami situasi di lapangan. Bagi pasien yang datang tanpa menggunakan ambulans, proses penanganan bisa tertunda apabila tempat tidur atau brankar belum tersedia.

“Kami mohon kesabaran keluarga pasien jika harus menunggu. Tenaga medis kami bekerja maksimal, tapi kondisi overload tidak bisa dihindari,” tutupnya.

Situasi ini menjadi refleksi nyata pentingnya penambahan kapasitas layanan kesehatan di Karawang seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, serta perlunya koordinasi lebih baik antarfasilitas kesehatan dalam menangani kasus gawat darurat. (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

dpdiwoilamsel