KARAWANG | TERASPASUNDAN.COM | Kondisi terkini Taman Badami Interchange Karawang Barat yang disebut-sebut sebagai “The Window” Karawang terus mendapat sorotan publik.
Pasalnya, Taman bundaran akses masuk dan keluar Kabupaten Karawang yang dibangun Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan itu kondisinya sangat memprihatinkan, terlihat kumuh dan tidak terawat, sejak dibangun setahun lalu.
Bahkan tak sedikit pihak yang meminta agar Aparat Penegak Hukum (APH) untuk turun memeriksa pembangunan taman “the window” yang diketahui telah menghabiskan anggaran APBD sekitar Rp. 1,8 Milliar untuk penanaman tanaman bunga-bunga hias keliling, pepohonan, pembuatan sumur, sistem penyiraman, dan lampu taman, itu.
Sorotan tajam dan kritikan pedas salah satunya datang dari Pemerhati Politik dan Pemerintahan serta Kebijakan Publik, Asep Agustian SH.,MH.
Kepada Teraspasundan.com, Asep Agustian yang akrab disapa Askun ini, menyoroti, kinerja DLHK Kabupaten Karawang melalui Bidang terkait, yang dalam membuat perencanaan pembangunan taman the window terkesan seolah asal -asalan.
Mengapa demikian, Askun mengatakan, bagaimana tidak terkesan asal-asalan, taman dibangun hanya melingkar saja, dengan undakan kecil dari satu bagian lingkar tanaman ke tanaman lain.
“Iya, coba kita perhatikan bentuknya hanya bulat saja melingkar, tidak dikasih pagar. Dan tanaman – tanaman hiasnya pun, kenapa saya sebut asal-asalan, karena jelas -jelas tidak dipikirkan bagaimana setelah dibangun untuk pemeliharaannya, sekarang jelaskan, hampir seluruhnya taman itu hanya tinggal rumput dan ilalang saja , alat siram pun tak berfungsi bahkan jika diperhatikan dari jarak dekat, kondisinya kumuh tidak terawat,” ungkap Askun menjabarkan pengamatannya.
Belum lagi, bangunan utamanya yang disebut sebagai The Window, ia kembali mengungkapkan kritikannya, dengan anggaran yang luar biasa besar hingga mencapai miliaran rupiah, tapi belum juga masyarakat Karawang khususnya pengguna jalan akses keluar masuk Karawang Barat bisa menikmati keindahannya.
“Apapun alasan Kepala Bidang, itu hanya asal bunyi saja. Taman yang menjadi kebanggaan Karawang itu, seharusnya dibangun dengan perencanaan yang matang, bahkan sampai ke biaya pemeliharaannya dipikirkan. Jangan asal bangun saja, lalu kemudian, kurang ini kurang itu, minta anggaran lagi-anggaran lagi,” ujar Askun lebih lanjut, ketika megetahui jika alasan DLHK mengapa The Window belum berfungsi sepenuhnya dan masih gelap gulita karena faktor kurangnya huruf-huruf yang nantinya akan menuliskan sejarah tentang Karawang.
“Bangunan utamanya saja, kabarnya mencapai Rp. 6 Miliar, kalau benar, waduh, kok kebangetan banget itu DLHK, coba lihat dimalam hari, malah gak keliatan, gelap. Belum lagi untuk tanaman hias yang habis dimakan rumput, ini APH jangan dibiarkan begitu saja, harus usut tuntas,” tandasnya.
Apa kemudian yang menjadi dasar bagi dirinya, mengatakan APH harus turun memeriksa?.
Askun menjelaskan, pemberitaan dimedia sudah bisa menjadi langkah awal bagi APH dan juga Bupati Karawang untuk turun ke lokasi, melihat langsung kondisi taman yang digadang-gadang menjadi kebanggaan tersebut.
“Bupati atau Forkopimda kan pasti seringlah lewat Karawang Barat, liat dong, perhatikan, kok Taman The Window yang biaya pembuatannya sampai miliaran itu kondisinya seperti itu. Peka dong, Bupati dan APH jangan tutup mata, kan kelihatan kalau sedang melintas,” ucap Askun.
“Saya mengomentari ini adalah bentuk teguran saya. Bupati harus panggil DLHK, pertanyakan!!, dan saya minta kepada DLHK untuk mempertanggungjawabkan semua pekerjaan itu,” pungkasnya. (Hd)